Adaro Blog Camp, Ajang Sosialisasi Tambang Batubara dan Edukasi Sosial Media


Alhamdulillah! akhirnya mobil Hiace milik Adaro masuk area parkir di Warung Katupat Kaganangan di Jl. A. Yani Kab. Hulu Sungai Selatan. Tiga jam sudah mantuk-mantuk ngantuk dalam mobil sejak landing di bandara Syamsudin Noor Banjar baru.  Aneka masakan khas Banjar tersaji apik , ada katupat, nasi kuning, haruan, hati dan ayam goreng.  Pilihan kompak jatuh pada Katupat haruan.  Katupat adalah sejenis ketupat terbuat dari nasi yang di masak dalam selongsong ketupat, di siram dengan olahan kuah santan kental dan ikan Haruan Habang (sambal)  menjadi teman santap siang nan lezat.  Konon makan Katupat ini menggunakan tangan loh bukan sendok.

“Berapa lama lagi tiba di site”? ya kurang lebih 2-3 jam lagi, “ini masih setengah perjalanan” ujar Yudi, pendamping setia kami 5 hari ke depan dalam Adaro Blog camp.

Guest House DAHAI yang nyaman
Guest House DAHAI yang nyaman

Ruang tamu luas dan nyaman, kamar bersih, pendingin udara langsung kami nyalakan setiba di Mess Dahai Adaro. Satu guest house ada dua kamar, mungkin ruangan ini menjadi terlalu sepi bagi saya dan Uni evi, berasa tinggal di rumah sendiri, ada dapur, TV flat, dispenser, microwave, meja makan, teras belakang yang luas. Nyaman? apa saya harus bilang tidak? tentu iya dong …..  hari pertama ini kami hanya beristirahat hingga nanti malam dengan jamuan makan malam serta sambutan dari pihak management Adaro, dan sebelum diakhiri kami juga menerima briefing tentang kegiatan Blog Camp 4 hari ke depan.

Berfoto bersama usai pembekalan bai peserta Adaro Blog Camp
Berfoto bersama usai pembekalan bagi peserta Adaro Blog Camp

Tahun 1992 Adaro mulai berproduksi di kab. Balangan dan kab Tabalong Kalsel, Luas tambang Adaro Indonesia adalah 35.800,80 ha dan hingga kini baru dibuka sekitar 12.000 ha saja.  Adaro mensuplai kebutuhan batubara antara lain untuk kebutuhan PLTU, industri semen , Industri Pulp Paper  di dalam negeri sebesar 25-30% dan juga mensuplai ke 18 negara di luar Indonesia. Sebagian materi perkenalan dan Infrastruktur tertata apik ini disampaikan oleh pak Iswan Sujarwo.  Bak menerima kuliah 2 SKS pemberian materi tentang Pengendalian Lingkungan dilanjutkan oleh pak Didik Triwibowo, berperawakan sedang rambut keriting kriwil klimis, konon lulusan Geodesi dari UGM (satu almamater dong kita), wajahnya mengingatkan pada sosok teman di kampus dulu, mirip ..mirip sekali, hingga saya fikir ini kembarannya.

ok, udah ya curhatnya…, kita lanjut ke materi Pengendalian erosi, sedimentasi, usaha reklamasi dan revegetasi sudah dilakukan oleh pihak Adaro Indonesia sejak awal dibuka tambang tahun 1995.  Pendataan vegetasi, flora dan fauna dilakukan sebagai inventarisasi biota dalam area tambang, dengan tujuan revitalisasi area tambang pada saat tambang usai, sehingga pemulihan ekosistem akan berproses signifikan sesuai fungsinya

Adaro Blog Camp yang berlangsung tanggal 5-10 April 2017  ini digagas oleh Community Relations & Mediation Adaro Indonesia,  antara lain dengan CSR  (Corporate Social Responsibility) yaitu suatu konsep perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab terhadap sosial maupun lingkungan sekitar perusahaan itu berada.  Adaro Indonesia melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, antara lain bidang Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, Tanggung jawab Lingkungan dan Sosial budaya.  Adaro Indonesia memberikan beasiswa untuk anak tidak mampu, dana pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan membangun fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat di sekitar tambang. CSR Adaro dilakukan sebagai bentuk sustainability perusahaan jangka panjang, hingga mampu meningkatkan profitability perusahaan.

Safety first, Siap ke lapangan

 

Para Adaro Blog Camp berfoto di Nursery
Para Adaro Blog Camp berfoto di Nursery

Kunjungan ke Nursery, Water Treatment dan Biodiesel menjadi agenda Blog Camp hari kedua. Kami sudah lengkap dengan kostum seragam Adaro Blog Camp berwarna hijau lengkap dengan Safety helm, Safety vest, safety shoes sebagai alat pelindung diri, walau terasa rempong namun prosedur ini harus kami lakukan sebagai bentuk ketaatan memasuki area tambang.

Tanaman Ulin, Pongamea, jabon, sengon, Casuarina, belimbing, johar dan banyak lagi aneka bibitan tanaman berkayu yang di budidaya di nursery. Pak Budi Suprianto dengan sabar menjelaskan dan menjawab satu persatu pertanyaan yang kami lontarkan.  Sayangnya kebun buah naga belum panen, hingga kami tidak bisa mencicipi langsung dari pohonnya. Tak jauh dari Nursery kami berjalan santai, hanya 5 menit masuk ke area Biodiesel. Seperangkat alat pengolahan minyak jelantah terpampang di depan Kami. Mulai dari pengumpulan bahan minyak jelantah hingga proses menjadi bahan bakar kendaraan.  Dari minyak keruh hingga bening.  proses yang cukup panjang. Daya tampung minyak yang bisa diolah hingga 1,2 ton, dan bahan baku yang tersedia perbulan berkisar 200 l, karena masih di pasok dari sisa penggorengan kantin di kawasan tambang saja, begitu penuturan dari Bpk Kharis Pujiono ini. Hingga saya mencoba  perhitungankan. Jadi kemungkinan  mesin ini baru beroperasi 4-5 bulan sekali apabila menunggu penuh hingga 1.2 ton.

Penjelasan Proses Jelantah menjadi Bahan bakar Biodiesel
Penjelasan Proses Jelantah menjadi Bahan bakar Biodiesel

 

Water Treatment Plant di jelaskan oleh bapak Hendro pada para adaro blog camp

Sebelum menuju daerah Paringin, kita mengunjungi area Water Treatment Plant, Bapak Hendro Budiarto menjelaskan tentang pemurnian air tambang hingga bisa dkonsumsi kembali, karena selama lebih dari 20 tahun Adaro telah membangun reputasi sebagai pemasok batubara yang berkualitas. Envirocoal,  merek batubara Adaro dengan karakteristik kadar polutan yang rendah dikenal sebagai salah satu bahan bakar padat paling ramah lingkungan.

Kunjungan ke Pusat studi Paska Tambang & lab Tanah dan Tanaman di Paringin
Kunjungan ke Pusat studi Paska Tambang & lab Tanah dan Tanaman di Paringin

Perbincangan hangat oleh bapak Fazlul Wahyu di Pusat studi Paska Tambang & lab Tanah dan Tanaman  di jeda dulu dengan menikmati ikan Nila hasil budidaya di kolam lahan ex Tambang.  Ikan adalah indikator biologis bagi kesehatan lingkungan.  Ikan yang di budidaya disini sudah melalui tahap penelitian dan layak untuk dikonsumsi.  Dan gak salah dong kita nyicipin ikannya …. judulnya sih nyicipin, tapi ikan sekolam udah di ciduk habis mati lemas di atas panggangan.  Aroma ikan bakar berbumbu dan onggokan Pais mengaduk emosi liar tak hendak diam.

Aneka makanan khas Banjar sajian untuk Adaro Blog camp
Aneka makanan khas Banjar sajian untuk Adaro Blog camp

Angin berhembus membuat mata semakin berat.  sebelum semuanya tergelepar di bale-bale, kami sudah di instruksikan mendengarkan penjelasan Bapak Yuniesto tentang pemijahan ikan Nila di kolam, bagaimana membedakan ikan Nila jantan dan betina, dan menyiapkan induk-an untuk proses pengembangbiakan.

Kendaraan melaju kembali membawa para Blog Camp ke kawasan Paringin. Sepanjang perjalanan kami kerap berpapasan dengan Barisan truck trailer raksasa membawa hasil batubara.   Didampingi oleh bapak Dwi Hendra Saputra menjelaskan bahwa Paringin seluas 16 Ha adalah kawasan pertama kali Adaro membuka lahan tambang tahun 1991, hingga tak heran setelah tambang usai dan proses reklamasi kini area tambang sudah menjadi hutan rimbun lagi.

Hari ketiga Adaro Blog camp-Jamur krispy hingga Lapas. Isi energi dulu, karena pagi ini kami akan mendengarkan presentasi dari bapak Idham Kurniawan sebagai Head of CSR Adaro Indonesia.  Sarapan di kantin Adaro menjadi kegiatan dinanti, karena di kantin ini keakraban terjalin, aneka menu roti hingga nasi goreng tersaji lengkap dengan sayur dan buah-buahan. Ada 114 desa dr 6 kabupaten menjadi wilayah CSR. 5500 mata sudah dioperasi katarak, 69% dana CSR untuk pengembangan ekonomi masyarakat sekitar tambang, mulai dari permodalan Usaha Kecil Menengah, sumbangan peralatan ke Lapas, Pembuatan Biogas dari para  peternak hingga pemberian induk-an sapi.  Usai presentasi para Blog Camp mendapatkan Goodie bag berisi cenderamata dari Adaro. Ada 17 peserta Blog camp, 5 diantaranya dari Jakarta dan Salatiga selebihnya adalah dari daerah Tanjung dan sekitarnya yang memiliki berbagai latar belakang, ada sebagai guru, penulis, penggiat seni dan pariwisata juga mahasiswa.

Pemberian Goodie Bag oleh bapak Idham Kurniawan
Pemberian Goodie Bag oleh bapak Idham Kurniawan
Kunjungan ke pembuatan kain sasirangan
Kunjungan ke pembuatan kain sasirangan
Berfoto bersama di workshop kain sasirangan
Berfoto bersama di workshop kain sasirangan

Kunjungan ke workshop Sasirangan dibanjiri dengan pertanyaan tentang proses pembuatan hingga asal usul kain sasirangan.  Kain sasirangan ini menjadi produk unggulan untuk pariwisata. motif khas hasil dari ikat pilin hinga pewarnaan memberi hasil motif yang tak sama, disinilah keunikannya. gak sanggup menahan diri untuk tidak belanja. Dua baju kaos sasirangan sudah terkurung dalam kantong plastik.

Jumat barokah, rekan-rekan muslim laki-laki akan melaksanakan sholat Jumat di Mesjid Al-Abrar. mesjid yang dibangun tahun 2010 ini mulai digunakan tahun 2013, menelan dana sekitar 50 M lebih dari Adaro Indonesia. Arsitektur nan apik berkesan megah, luas menjadikan kawasan mesjid Al-Abrar ini sebagai Islamic Centre bagi masyarakat Tanjung dan sekitar tambang. Sayangnya banyak plafon di lantai satu dan dua yang sudah rusak, bocor terkena hujan, semoga Mesjid ini lebih mendapat perawatan lagi.

Kunjungan ke Lapas kelas III, Tanjung
Kunjungan ke Lapas kelas III, Tanjung
Berfoto bersama dengan kepala Lapas kelas III, Tanjung
Berfoto bersama dengan kepala Lapas kelas III, Tanjung

Pernah terbayang berkunjung ke Lapas (Lembaga pemasyarakatan)?, Nah ..Uniknya Adaro Blog camp soan loh ke LAPAS kelas III Tanjung. Sambutan ramah kepala Lapas membawa kami ke area kerja, disini beberapa anggota Lapas sedang mengerjakan pembuatan lemari, aneka kerajinan anyaman, serta souvenir menjadi produk yang bernilai ekonomi, dengan harapan keluar dari Lapas mereka memiliki ketrampila dan bisa mandiri dalam segi ekonomi.Peralatan pertukangan dan permodalan juga di berikan sebagai program CSR.

Budidaya Jamur dan produksi Biogas di desa Masingai
Budidaya Jamur dan produksi Biogas di desa Masingai

Jamur crispy renyah tersaji di teras rumah depan pembibitan jamur.  Tungku fermentasi media tanam di sudut halaman, rumah bertiang kayu beratap plastik bening penuh sekat berisi jajaran media tanam jamur tiram. Ibu titik petani jamur tiram di desa Masingai 2, kab Tabalong kec. upau ini salah satu peserta binaan dari CSR. Untuk memenuhi kebutuhan lokal saja jamur masih kurang, hingga budidaya jamur di harapkan terus berkembang di kalangan masyarakat desa hingga menjadi penopang ekonomi.  Tak hanya itu kisah Bapak Nanung peternak dan aktivis biogas di desa Masingai II membuat kami berdecak kagum, pemanfaatan biogas menjadi solusi terhadap kelangkaan Gas elpiji di daerahnya.

Bermalam di Jaro. Tak lengkap tanpa merasakan bermalam di rumah penduduk. Desa Jaro atau kerap di sebut Njaru. terletak di kabupaten Tabalong berjarak kurang lebih 45 km dari kota Tanjung. Uniknya kata Jaro padanan dari kata jawa separo, karena jaman penjajahan Belanda dahulu banyak orang dari Jawa di alokasikan ke daerah ini untuk pembangunan Jalan, jembatan dan bangunan. Usai makan malam bersama di rumah Pak Heryanto, kami lanjutkan  bincang santai di balai pertemuan “Lembu Sejati”.  Tahun 2014 sebanyak 24 ekor jenis sapi Bali dihibahkan ke kelompok peternak untuk dikembangbiakan. Pak Yanni, mantri sapi yang kerap kali melakukan Inseminasi bagi sapi dianggap sebagai bapak sapi, sangat berperan penting dalam perkembangan sapi di daerah ini, selain penyuluhan dan pemeliharaan kesehatan ternak. Di area kandang juga di lakukan pengolahan limbah kotoran sapi menjadi Biogas, Biourine dan pupuk Organik. Tak ada yang terbuang, semua limbah bisa di manfaatkan untuk kebutuhan masyarakat.  Diharapkan di masa datang, sapi hasil budidaya ini juga bisa menjadi induk-an bagi desa lain, sehingga kesukseksan peternak merata di berbagai desa.  Kini peternak di desa jaro rata-rata sudah memiliki 4-5 sapi peliharaan.

Kunjungan ke Pasar Jaro. Pasar Jaro hanya ramai semingu sekali, biasa di sebut sebagai hari Pasar. beruntungnya hari Sabtu, adalah hari Pasar. Hingga menambah semangat menuju Pasar jaru. Pasar tempat yang pas untuk melihat dinamika kehidupan di suatu daerah, dari pasar kita bisa lebih banyak mengetahui tradisi  kehidupan masyarakat setempat, mulai dari pangan, sandang, bahasa dan   interaksi sosial berbagai budaya. Dagangan ikan segar, pakaian, sayur, buah, bumbu dapur, jajanan pasar hingga kerajinan tangan lengkap ada disini, perjalanan saya langsung terhenti di penjaja kerajinan, unik bentuk dan rupanya, hingga berhasil membawa tas punggung (anjat), Tikar pandan (amuntai), penangkap ikan (tangguk) untuk di bawa pulang.  Lelah juga mengitari pasar ini, saya dan uni Evi pun sempat nongkrong sejenak menikmati jajanan pasar berupa kue putu dan apem. Yang unik lagi ada sayur karoh yang bahan dasarnya dari bunga teratai dan daun petai cina. Hingga pasar mulai sepi, kami belum juga beranjak, hingga pak Heryanto menyusul kami ke pasar “saya kuatir kalau lupa jalan pulang” ujar pak Heryanto, kamipun dengan senang hati ditemani pulang kembali ke rumahnya.

Perjalanan Ke Upau, Balai adat Dayak Deyah.  Hari menjelang sore, kami tiba di desa Pengelak  kec.Upau, surprise! di sambut oleh tari-tarian Dayak loh, hingga sempat panik mempersiapkan kamera dan lensanya. Sanggar tari Ape Lawe Riaw menghentak rumah dengan tarian Bukit Balian, musik kintung dan gendang bertalu talu mengusik rumah.  Para penari berkostum kulit kayu berhias bulu burung enggang satu persatu melenggak lenggok menampilkan kesenian Dayak yang menjadi salah satu sarana binaan kebudayaan dari CSR Adaro.  Usai dari sanggar Ape Lawe Riaw, kami berpindah ke kampung sebelah, disini juga ada sanggar tari bertajuk Tataw Dayo dan juga disambut meriah dengan tari Giring dan tari Mandau.  Gerakan yang energik mengundang saya untuk ikut berdendang mengikuti gerakan penari.  Berpeluh namun puas menari.

Sanggar tari Ape Lawe Riaw menghentak rumah dengan tarian Bukit Balian
Sanggar tari Tataw daya desa Pangelak menghentak rumah dengan tarian Bukit Balian
Sanggar Tataw Dayo menampilan tarian giring giring
Sanggar Ape Lawe Riau menampilan tarian giring giring

Pusat oleh-oleh Tinsa dan rumah kemasan Armadi.  Aroma ikan dan asap penggorengan mulai menyengat saat kami memasuki sebuah tempat oleh-oleh khas Banjar.  Tahun 1996, Ibu Hj. Sri Ningsih pemilik Toko Tinsa menerima dana hibah dari CSR Adaro untuk pembelian alat pembuatn kue.  Hingga kini usaha makanan ringan Tinsa mengalami perkembangan pesat dan mampu menaikkan omzetnya.  Amplang ikan patin, kembang goyang, dan aneka olahan ikan menjadi primadona di Tinsa.  Tak hanya usai di Tinsa, kegiatan kami berlanjut ke rumah kemasan Armadi, lebih dari 100 juta rupiah sudah di hibahkan ke usaha pak Armadi ini, biaya tersebut meliputi pendanaan pembelian alat berat, pendidikan dan modal bagi pengembangan usaha. Hingga rumah kemasan ini menjadi acuan bagi produk-produk UKM untuk mengemas bahan dagangannya.

Pusat oleh-oleh Tinda dan Rumah kemasan Armadi
Pusat oleh-oleh Tinda dan Rumah kemasan Armadi

Tabalong Etnic Festival VI. Tabalong Etnic Festival sudah dimulai sejak tahun 2011, oleh prakarsa CSR dari Adaro Indonesia merangkul komunitas kesenian di daerah Tabalong, saling mendukung agar eksistensi seni dan budaya di daerah Tabalong semakin giat dan dikenal tak hanya di daerahnya, namun juga di luar Tabalong. Hingga dunia lebih mengenal seni budaya Tabalong. Tak hanya itu adanya festival ini memberi efek positif terhadap menggeliatnya perekonomian daerah.  meningkatnya kunjungan wisata dan hotel di Tabalong.

Puncak acara Tabalong Etnic Festival (TEF) berlansung meriah di pusat kota Tabalong dimeriahkan dengan parade kesenian
Puncak acara Tabalong Etnic Festival (TEF) berlansung meriah di pusat kota Tabalong dimeriahkan dengan parade kesenian

Sehari sebelum puncak acara TEF kami juga menyaksikan Kawin Bagunung Perak Dayak Maanyan desa Warukin.  Padat nian jadual hari ini, seru tapi pasti bergegas setiap saat.  Akhirnya berkejaran dengan jadual atraksi budaya di desa Warukin.  Acara ini sebagai salah satu rangkaian Tabalong Etnic Festival (TEF).  Dihadiri pula oleh bapak Drs. H. Anang Syakhfiani selaku bupati Tabalong.  Rekayasa ritual pernikahan  Dayak Maanyan tersaji apik,  dibuat sebagaimana aslinya.  Hingga masyarakat lokal dan pendatang bisa lebih memahami budaya setempat.

Atraksi kesenian Kawin Bagunung Perak Dayak Maanyan desa Warukin
Atraksi kesenian Kawin Bagunung Perak Dayak Maanyan desa Warukin
Berpose sejenak dengan gadis dayak nan cantik ( by Zacky)
Berpose sejenak dengan gadis dayak nan cantik ( by Zacky)

Harapan:

  • Kegiatan Adaro Blog Camp terus berlanjut di tahun berikutnya, namun di tambah dengan kunjungan ke PIT
  • Peningkatan bantuan tenaga pengajar di berbagai ilmu reparasi elektronik diharapkan bagi masyarakat Lapas
  • Lebih banyak lagi bantuan ketrampilan ke UKM
  • Pengembangan lebih banyak lagi rumah produksi jamur, hingga mampu memenuhi kebutuhan lokal
  • Dana bantuan sebaiknya bukan sebagai Hibah, tapi bantuan ringan (pinjaman lunak), yang nanti bisa di gunakan lagi bagi calon penerima bantuan berikutnya
  • Tabalong Ethnic festival tetap memperhatikan kebersihan, dan saat karnaval diperbanyak lagi sajian tari-tarian, atraksi musiknya
  • Stand adat di tambah dan diadakan tampilan tarian di jam-jam tertentu
  • Penyebaran informasi yang luas, tak hanya di Tabalong, namun hingga nasional dan International, semoga di tahun mendatang TEF akan jauh lebih baik dan meningkatkan kunjungan wisata

Terimakasih atas undangan dalam Blog Camp ini banyak kesan dan tentunya banyak ilmu yang di dapat.  semoga berlanjut terus dan lebih banyak membawa manfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *