Menilik Situs Megalitik Pugungraharjo

Batu Makam
Batu Makam

Bertandang wisata ke Makam, kenapa tidak, dari makan pra sejarah ini kita bisa mendapatkan informasi kehidupan nenek moyang zaman dahulu kala.  Peradaban manusia di saat semua serba sederhana, kehidupan dari alam dan kembali ke alam.  berperang, beribadah hingga bercocok tanam.  Alamlah guru yang terbaik.

Nuwou Sesat, rumah adat khas Lampung
Nuwou Sesat, rumah adat khas Lampung

Melaju kencang menunda kelam, kami menuju Taman Purbakala Pugungraharjo yang terletak di desa Pugungraharjo Kecamatan Sekampung Udik Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung . Berjarak sekitar 50 km dari kota Bandar Lampung. Lima km sebelum memasuki kawasan Pugungraharjo, kerap di kanan kiri jalan kita bisa menyaksikan deretan pemukiman asli masyarakat Lampung yang masih terawat dan dihuni dengan baik,  Rumah tradisional  yang  disebut  Nuwou (rumah) Sesat  (Adat), berupa rumah panggung yang terbuat dari kayu.

Gapura Benteng Pugungraharjo
Gapura Benteng Pugungraharjo
Tampak samping gapura dan disisi kiri dan kanan benteng tanah berupa bukit setinggi 3-4 m
Tampak samping gapura dan disisi kiri dan kanan benteng tanah berupa bukit setinggi 3-4 m

Tiba di lokasi saya langsung melihat sebuah gapura setinggi 2 meter tampaknya dari batu hitam kelam. Mirip seperti gerbang sebuah candi.  di sisi kanan dan kiri terlihat seperti bukit dan selokan.  Dari penuturan Indra rekan bloger Lampung saya mendapat penjelasan singkat, bahwa ini bukan sembarang bukit dan selokan, Ini adalah sebuah benteng.  benteng yang terbuat dari tanah menjadi pertahanan bagi masayarakat dahulu dari serangan binatang buas maupun musuh.

Di dalam sana masih banyak situs menarik lainnya, yuk kita kesana, “ujar Indra”,  Kaki saya pun melangkah cepat, mengejar rombongan teman bloger serta tim @kelilinglampung, seolah tak sabar ingin melihat ada situs apa saja di area ini.  Betapa takjubnya, di depan mata kini berderet batu berkumpul dalam satu area.  Menyerupai menhir yang dulu saya lihat di negeri Mahat, Sumatera Barat.  Namun ini ukurannya lebih kecil.  Bisa dikata juga menyerupai Situs Gunung Padang di Cianjur.  Iya inilah situs Megalitik Batu Mayat.  woooo judulnya agak seram ni.  Berdasar kisah dan penelitian arkeolog, disini dahulu ditemukan sebuah batu yang tergeletak mirip mayat, hingga disebutlah batu mayat, dan setelah ditegakkan batu tersebut mirip sebuah batu bentuk kemaluan laki-laki tegak berdiri, dan di telaah  sebagai lambang kekuasaan kala itu.

Kompleks Situs Batu Makam
Kompleks Situs Batu Makam
Plang petunjuk di area megalitik
Plang petunjuk di area megalitik

Puas memotret Makam Mayat dari berbagai sisi, saya dan teman-teman menuju situs lainnya.  Jalanan tersusun rapi dari batu alam, memudahkan tamu mengunjungi situs satu ke situs lainnya.  Dari kejauhan tampak bangunan menggunung yang diantaranya ada batu hitam tersusun rapi.  Kalau dilihat mirip sebuah Piramida di Mesir.  Ujungnya mengecil ke atas.  Inilah yang dikenal sebagai Punden Berundak.  Tempat memuja arwah nenek moyang.  bentuk nya tinggi dan mengecil ke atas menunjukkan bahwa tempat  tinggi dianggap lebih suci bai para leluhur. Sayapun bergegas memotret dari segala penjuru sisi Punden.  Menimbulkan decak kagum sebagai bukti ini adalah bagian sejarah peradaban manusia.

Punden Berundak
Punden Berundak, tempat memuja arwah nenek moyang jaman dahulu
Tampak depan Punden Berundak
Tampak depan Punden Berundak
Plang pada Kolam Megalitik
Plang pada Kolam Megalitik

 

Belum usai,  selanjutnya kami menuju sebuah Perigi di area belakang benteng. Laiknya daerah dengan bentuk penguasa kerajaan.  Perigi adalah tempat mandi para Raja.  Tempat bersuci dan bertapa.  Hingga kolam pemandian ini dikenal sebagai tempat keramat dan dikabarkan airnya membuat awet muda.  Ahaaa, saya tak ingin terjebak mitos, namun mengambil wudhu di perigi ini tak ada salahnya.  Airnya segar dan bening, dihuni pula oleh ikan kecil kecil yang sering dijadikan terapi ikan oleh para pengunjung

Mentari …. tak ada yang mampu menahannya kembali ke peraduan, berpacu mengejar terang, haripun beranjak kelam.  Sembari menatap ia pergi dari balik bukit, kamipun merasakan sensasi bermain di padang rumput benteng tanah Pugungraharjo

 

 

Perigi atau tempat pemandian para raja zaman dahulu
Perigi atau tempat pemandian para raja zaman dahulu
Pohon besar di tepi perigi
Pohon besar di tepi perigi
Selamat petang dari benteng tanah Pugungraharjo
Selamat petang dari benteng tanah Pugungraharjo
tampak Bukit rerumputam hijau itu adalah benteng Tanah dan cerukan itu dahulu dikenal sebagai aliran air dari sungai Pugung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *