Toraja, destinasi ini menurut saya sangat unik, bagaimana tidak, kalau biasanya kita berwisata ke tempat-tempat menyenangkan, penuh suka cita. Berbeda dengan Toraja, Toraja adalah wisata kematian, wisata kedukaan. Karena wisata kita lebih banyak ke makam. Kuburan batu dimana-mana. Upacara kematian kerap diadakan.

Tapi jangan bergidik dulu, semua aman dan bisa memberi pengalaman sangat berharga, kita bisa melihat, merasakan langsung aneka adat budaya Toraja yang masih sangat kental. Kemajuan teknologi tak mengikis tradisi Toraja. Apabila di Belitung kita menemukan jajaran batuan besar nan indah, berbeda dengan di Toraja, tiap kilometer kita kerap disuguhkan oleh bebatuan besar yang telah terkapling sebagai rumah damai, dengan pintu kayu persegi empat berukuran kurang dari satu meter.

Udara sejuk dan segar, duduk memandang dari jauh kota Rantepao sebagai ibukota kabupaten Toraja Utara, bisa kita saksikan dari perbukitan Batu Tumongga, hamparan sawah dan jajaran rumah tongkonan tertata rapi. Sepuluh km dari Batu Tumongga kita juga bisa menyaksikan salah satu kuburan batu tua, yaitu Lokomata, batu berukuran besar lebih dari 50x50m2 ini dari bawah hingga atas telah tersusun oleh makam-makam bertutupkan pintu kayu berukir kepala kerbau disisi batunya. Angin sepoi dan kadang kabut kerap turun di makam batu Lokomata hingga menambah kesan mistik namun juga syahdu, (uhmm bagaimana itu yaa..)

Tak hanya Lokomata, masih ada banyak tujuan wisata makam disini, antara lain Bori Parinding, suasana makam di Bori ini tampak lebih unik, karena lebih dari 20 an batu menhir berdiri tegak menjulang, disekitarnya ada 5 tongkonan utama dan beberapa tongkonan kecil di sekitarnya. Menhir ini konon sebagai simbol adat yang kerap digunakan untuk mengikatkan kerbau persembahan upacara adat kematian. Saat mayat akan di kuburkan di patane ( tempat mayat di semayamkan).


Apabila masih penasaran kita bisa berjalan ke sebelah kanan area menhir, ikuti jalan setapak menanjak berlantai semen, kita bisa menemukan banyak makam batu lainnya, dan di area paling belakang ada pohon besar yang sangat unik, karena pohon ini tak sekedar pohon biasa, namun disini ada lebih dari 5 petakan bertutup ijuk berwarna hitam di sisi pohonnya, disinilah bayi-bayi dikuburkan.
Bayi yang meninggal tidak di makamkan di batu, namun di dalam pohon, karena dianggap bayi itu masih suci, dia berhak untuk kembali menyatu dengan alam dan di agungkan di tempat yang tinggi dan dingin, yaitu di dalam pohon.


Masih kurang seru loh, apabila kita belum menyaksikan Londa, perbukitan batu ini adalah kuburan batu terbesar dan tertua, bentuk bukit yang terdiri dari beberapa gua yang saling terhubung satu sama lain. Uji nyalimu untuk masuk ke dalamnya, karena tak hanya sekedar gua biasa, dalam gua ini kita bisa melihat pemandangan beratus tengkorak disetiap sudutnya. Tengkorak ramai berjajar di atas maupun di dasar gua, serta tulang belulang berserakan. Jangan kaget dulu, apabila dalam langkah berjalan menemukan banyak kain, botol air mineral, jajanan, dan rokok di dalam gua. Ini bukan swalayan yang bangkrut, tapi bentuk sesaji, persembahan bagi mayat, yaitu aneka kebutuhan sandang pangan bagi leluhurnya, karena dianggap mayat ini masih hidup di dunianya. Hingga kebutuhan sehari-hari disediakan bagi layaknya kita yang masih hidup.
Tak hanya Londa, Jajaran rumah tongkonan nan apik di Ke’te’kesu, menjadi destinasi selanjutnya, tatanan rumah tongkonan asli bisa di saksikan disini. Rumah tiang kayu, dengan atap bambu tersusun kokoh dan rapi, ditutup oleh ijuk hitam dan sudah ditumbuhi tanaman paku, menambah kesan tua pada tongkonan. Selain itu Ke’te’kesu kerap menjadi area Toraja jazz Festival yang biasanya diadakan di bulan Juni. Tak hanya jajaran rumah Tongkonan, berjalanlah ke area belakang, aneka souvenir khas Toraja banyak di jajakan, teruslah berjalan kearah bukit kapur menjulang, anak tangga dan pegangan besi disediakan bagi pengunjung yang akan melihat peti-peti tua yang berisikan tenggkorak dan tulang belulang, serta jajaran tau-tau aneka wajah (boneka kayu replika wajah si mayat).

Sudah ya wisata makamnya, sekarang yuk kita melihat kelihaian nenek Panggau, nenek yang sudah berusia lebih dari 80 tahun ini masih sehat duduk di kios tenun di desa Sa’dan. Bertahun-tahun memintal kapas hingga menjadi benang, ini dilakukan nenek Panggau setiap hari tanpa mengenal bosan. Kampung Sa’dan ini telah menjadi kampung tenun toraja. Kita bisa menyaksikan para ibu menenun kain Toraja. Dan tak lupa sekaligus bisa berbelanja tenunnya loh, kamu pasti tak kuat apabila tak membeli tenun khas Toraja disini, mulai dari ikat kepala, selendang hingga sarung, semua tersaji dengan apik di pajang di dinding kios. Puas sudah berbelanja? Kain tenun dan sarung Toraja yang sudah di beli bisa dipakai langsung untuk menyaksikan upacara Rambusolo.


Rambusolo, yaitu salah satu aktivitas pemakaman mayat yang dilakukan oleh keluarga besar di Toraja, kegiatan dimulai sejak pagi hingga malam hari, biasanya dilaksanakan minimal 3 hari atau lebih. Mulai dari pemotongan kerbau dan babi. Nyanyian ma’badong, upacara kain merah, dan serangkaian Rambusolo yang menarik sekali. Sore hari kerap diadakan adu Tedong, yaitu adu kerbau. Kemeriahan para warga tergambar disini, penduduk dari segala penjuru menonton beramai-ramai, kerbau-kerbau yang diadu adalah kerbau persembahan keluarga untuk upacara adat. Hati-hati saat menonton, tak jarang kerbau ini berlari ke sembarang tempat ke arah berdiri para penonton.

Penasarankan?? bagaimana sensasi wisata Toraja ini, Yuk ke Toraja, keunikan tradisinya sangat mahal, karena satu kali upacara saja menghabiskan dana lebih dari 1 M, kerbau bule (tedong bonga) nya saja sudah senilai Rp 600 juta!
Banyak kisah Toraja yang belum saya tuangkan disini, bagaimana kalau kita ngobrol santai sambil ngopi saja ???
Comments
Belum sempat ke Toraja, waktu itu baru sampai Bantimurung , lalu balik lagi karena ada kerjaan. Kayaknya wajib mampir ya Ni
Author
wah iyaa, Toraja gak pernah mboseni, hehehe padahal wisata kematian yaaa
ayo aip ke Toraja, di Desember biasanya ada Lovely Desember banyak atraksi menarik
Itulah keunikan Tanah Toraja yg mungkin gak kita temukan di tempat lain ya mbak?
Saya dulu pernah melihat ulasannya di TV. Besar keinginan ke sana suatu saat nanti jika ada kesempatan.
Pengen liat dari dekat culture Toraja dan belajar ttg makna2 knp kuburannya begitu.
TFS sharing cerita perjalanan ke Tanah Toraja-nya mbak 🙂
Author
Terimakasih sudah mampir kesini.Amiin semoga bisa segera ke Toraja yaaa
iya benar banyak sekali budaya yang unik disini, belum lagi budaya masuk rumah, budaya ganti baju mayat, pernikahan dan segala hal tentang kehidupan
Tepat benar bila wisata budaya di Toraja disebut sebagai wisata kematian. Karena kematian di Toraja tidaklah ditangisi tetapi dihormati dan diletakkan sebagai pusat penting kehidupan. Beruntung pernah melihat upacara Rambu Solo, tahu sedikit mengenai upacara yang sangat mahal ini
Author
Iya uni, budaya yang menarik untuk disaksikan dan difahami ya, ikutan ma badong kapan kapan hehe
Cepat=tepat
Lokomatanya kelihatan mistis banget yah. Aku daridulu ingin kesni tapi belum kesampaian, seeru banget liat perjalananya mba rai hehe ajak-ajak dong kali kali 😀
Author
Iya ni kabur mendadak turun buat di lokomata suasana terang mendadak dingin dan berubah menjadi rada mencekam haha